PROGRAM WALSAMA

Program yang dikembangkan oleh WALSAMA antara lain :

  1. Pengembangan masyarakat (Community Development)

    ●Urban Development (perkotaan)

    ●Rural Development

Lambannya tingkat perkembangan dan kesejahteraan hidup sebagian besar masyarakat Indonesia baik di desa maupun di perkotaan adalah disebabkan oleh masih minimnya kualitas sumber daya manusia dan kesadaran untuk bekerjasama diantara masyarakat disamping adanya produk kebijakan yang sama sekali tidak memberikan peluang bagi berkembangnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat.

Malalui pengorganisasian dalam kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) masyarakat marginal di desa dan perkotaan diharapkan mampu mengembangkan segenap potensi yang ada untuk kemudian mampu berperan secara aktif dalam proses pembangunan.

Program pengembangan masyarakat yang dilakukan WALSAMA meliputi pengembangan masyarakat pedesaan (rural community development) dan perkotaan (urban community development)

  1. Layanan Sosial

    ●Anak jalanan

    ●Anak terlantar

    ●Yatim piatu

    ●Lanjut usia

    ●Penyandang cacat

Keberadaan masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan sangat memerlukan solusi kegiatan berskala luas dan konprehensif. Namun demikian pola pendekatan karitatif yang dilakukan secara lebih bijak masih sangat diperlukan untuk menyelamatkan mereka dalam jangka waktu pendek. WALSAMA dengan pola pengembangan karitatif komprehensif mencoba menjawab persoalan sosial yang ada ada pada masyarakat yang selama ini belum tersentuh oleh program kesejahteraan sosial. Dua produk layanan kegiatan yang sedang dikembangkan adalah Pondok Sadar dan Pondok Taubat. Pondok Sadar merupakan formulasi program untuk intervensi dan pemberdayaan anak jalanan, sedangkan Pondok Taubat merupakan upaya menciptakan tatanan masyarakat sejahtera dengan target group komunitas tuna karya dan tuna wisma (gelandangan dan pengemis).

  1. Kampanye publik (Public Awareness)

    ●HIV AIDS

    ●Lingkungan hidup

    ●Hak asasi

    ●Civil education

    ●Gender

Perkiraan yang menyebutkan bahwa Indonesia akhirnya menyusul beberapa negara Asia yang terancam oleh penyebaran virus HIV setelah India dan Thailand sepatutnya menjadi perhatian. Persamaan Pola pembangunan yang menjadikan perkotaan sebagai fokus mendorong angka urbanisasi masyarakat dan tenaga kurang terampil dari pedesaan. Minimnya kemampuan yang dimiliki para pendatang yang umumnya kelompok usia muda, budaya industrialisasi yang amat dekat dengan entertainment, individualisme, dan hedonisme serta pola penyebaran HIV yang amat dekat dengan perilaku dan insting dasar manusia menjadikan siapapun harus berhati-hati terhadap penyakit mematikan yang hingga saat ini belum ditemukan obatnya.

Menyadari bahaya yang mengancam eksisitensi manusia dan dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki, WALSAMA dalam rangka berperan aktif dalam kegiatan yang berhubungan dengan manusia memasukkan muatan kampanye HIV AIDS pada masing-masing program yang ada. Beberap program WALSAMA tersebut adalah program pendampingan anak, remaja jalanan serta keluarga gelandangan. Program pendampingan masyarakat desa hutan serta masyarakat kota.

  1. Pelatihan Pengembangan Kelembagaan untuk LSM, KSM, LSK, ORSOS, KUB dan Pesantren
  2. Peran Pesantren amat strategis dalam membina kehidupan ummat beragama dan menjadi institusi moral yang melahirkan santri berilmu dan bertaqwa. Namun ada kalanya pesantren hanya disibukkan oleh persoalan kajian-kajian agama dan ibadah rituil. Hubungan pesantren dengan masyarakat masih dalam konteks yang sempit misalnya tempat bertanya persoalan agama dan lembaga pendidikan saja. Kondisi seperti ini tentu saja amat disayangkan. Karenanya kepedulian WALSAMA diwujudkan dalm bentuk pengembangan manajemen kelembagaan pesantren, meningkatkan kualitas SDM pengelola dan pengasuh pesantren serta memperluas peran sosial pesantren misalnya keterlibatan dalam penanganan anak jalanan, pendampingan masyarakat miskin dan lain-lain.

    Organisasi sosial dan LSM merupakan bentuk prakarsa positif dari masyarakat dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial yang ada. Persoalan klasik yang dihadapi lembaga-lembaga di daerah adalah lemahnya sumberdaya dan miskinnya akses. Untuk memecahkan persoalan tersebut salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan membuat jaringan kerja. Kebutuhan informasi dan pola kerja sinergis dapat terbangun dalam jaringan dan WALSAMA berusaha berperan sebagai wahana bagi lembaga-lembaga di daerah.

  3. Kehutanan Masyarakat (Community Forestry)
  4. Hutan sebagai paru-paru dunia mensuplai oksigen yang hingga saat ini belum tergantikan perannya sebagai kebutuhan dan prasarat bagi kelangsungan hidup manusia. Kelestarian hutan dan tanaman merupakan konsekuensi yang harus ditempuh manusia agar bisa bertahan hidup di planet yang semakin sesak oleh zat-zat pembunuh kehidupan.

    Di sisi lain masih banyak manusia, penduduk negeri hijau ini yang belum banyak memahami hutan selain sebagai hasil alam yang bisa mendukung hidup dari hitungan rupiah pada setiap satuan kubiknya. Sebagian kelompok manusia yang memiliki kerangka berfikir lebih luas hanya melihat hutan dari sisi normatif dan science, sementara sebagian yang lain yang tinggal di tepi dan tengah hutan masih dengan kerangka berfikir sederhana dimana hutan adalah sebagai sumber kehidupan dimana kayunya yang bernilai ekonomis.

    Menyadari ironi ini WALSAMA menjembatani dua kepentingan, dua pola berfikir dan dua kultur masyarakat untuk bersama-sama menyelamatkan dan menjaga kelangsungan hutan melalui usaha yang berdimensi environmental dan social welfare kesejahteraan sosial. Program pengembangan masyarakat desa hutan yang dikembangkan WALSAMA hingga saat ini masih terbatas di beberapa wilayah KPH Jawa Timur.

    Melalui program ini WALSAMA menerjunkan tenaga pendamping masyarakat di desa-desa sekitar hutan, mengorganisasikan mereka dalam kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM), untuk selanjutnya melalui wadah tersebut bersama-sama mengembangkan usaha ekonomi produktif bersama dengan kegiatan pendidikan, pemahaman dan penyadaran esensi akan keberadaan hutan.

    Di sisi lain, program pelestarian hutan dilakukan dengan cara memberikan masukan dan mempengaruhi kebijakkan pemerintah di bidang lingkungan dan dalam kegiatan perhutanan sosial (social forestry) dan Kehutanan Masyarakat (community forestry) yang secara intens dan simultan menawarkan draft, melakukan hearing dengan legislatif, serta membentuk jaringan sektor pemerintah-pengusaha-LSM untuk membicarakan persoalan kehutanan supaya lebih berpihak pada lingkungan dan rakyat.

  5. Pendidikan formal dan non formal
  6. Pemberdayaan masyarakat dan pengangguran intelektual

 

 

 


walsamaİ2001